Luwu Utara, MP – Indonesia adalah sebuah negara yang menjadi supermarket bencana alam sehingga semua pihak seharusnya mulai fokus ke solusi bukan terus-menerus membahas penyebabnya saja.
Demikian dikatakan Kepala Pusat Studi Kebencanaan Universitas Hasanuddin Prof Adi Maulana dalam diskusi online bertema “Telaah Krisis Banjir Masamba, Penanggulangan dan Pencegahannya” yang dilaksanakan pada Rabu (05/08/2020) siang.
Menurutnya, bencana alam di negara ini, merupakan sebuah keniscayaan yang setiap saat bisa terjadi akibat faktor geografis, geologis maupun karena perubahan iklim global.
“Karena itu diperlukan penguatan literasi terkait penanggulangan bencana di setiap kalangan. Bahkan jika perlu, dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan sebagai bagian dari pelajaran muatan lokal,” kata dia.
Terkait dengan bencana banjir bandang yang terjadi di Luwu Utara beberapa waktu lalu, Guru Besar Geologi Unhas itu menegaskan bahwa penyebabnya adalah multifaktor.
“Ada aspek geologis, pengaruh patahan Palu-Koro, sedimentasi, curah hujan yang cukup tinggi, air laut pasang hingga kemungkinan adanya pembalakan hutan,” ungkapnya.
Untuk mencegah dampak bencana yang lebih luas, lanjut Adi, perlu dilakukan mitigasi kebencanaan secara menyeluruh, baik yang bersifat struktural mitigation ataupun non-struktural mitigation.
“Juga perlu kolaborasi pentahelix antara pemerintah, akademisi, lembaga usaha, masyarakat serta media untuk turut berkontribusi dalam penanggulangan bencana alam,” pungkasnya.
Selain Prof Adi Maulana, turut menjadi pembicara adalah Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani, Ketua Tim Penanggulangan Banjir Sulsel, Dr. Syamsu Rijal dan Putri Fatimah Nurdin, Ph.D dari SDG Center Unhas.
Diskusi daring yang digelar oleh Majelis Rayon KAHMI Universitas Hasanuddin Unhas bersama Pusat Studi Kebencanaan Unhas dan MASIKA-ICMI Orwil Sulawesi Selatan itu diikuti oleh ratusan peserta dan dipandu oleh dosen Kehutanan Unhas yang juga pengurus MASIKA ICMI Sulsel, Emban Ibnurusyd Mas’ud.