Turnamen Salassa Cup 1: Dari Lapangan Desa, Semangat Sepak Bola dan Ekonomi Lokal Melejit

Gravatar Image
Turnamen Salassa Cup 1: Dari Lapangan Desa, Semangat Sepak Bola dan Ekonomi Lokal Melejit
Turnamen Salassa Cup 1: Dari Lapangan Desa, Semangat Sepak Bola dan Ekonomi Lokal Melejit

BAEBUNTA – Di tengah sorak sorai warga dan semilir angin senja, tendangan kaki kanan Bupati Luwu Utara, Andi Abdullah Rahim, resmi membuka Turnamen Mini Soccer Salassa Cup 1, Jumat sore (13/06/2025). Namun, lebih dari sekadar pembukaan, tendangan itu menyimbolkan gebrakan baru: olahraga sebagai jembatan sosial dan pemantik ekonomi desa.

Diselenggarakan di Lapangan Sepak Bola Desa Salassa, Kecamatan Baebunta, turnamen ini diikuti 32 tim dari berbagai penjuru Luwu Utara. Namun yang paling mencuri perhatian bukan hanya jumlah peserta, melainkan antusiasme warga dan geliat ekonomi mikro yang ikut tumbuh seiring berlangsungnya kegiatan.

“Saya menyaksikan sendiri semangat luar biasa dari panitia dan masyarakat Salassa. Mereka tidak hanya ingin menyelenggarakan pertandingan, tapi juga ingin membangun ruang perjumpaan yang sehat bagi warga,” ujar Bupati Rahim dalam sambutannya.

Bukan Sekadar Sepak Bola

Bagi Andi Rahim, turnamen ini adalah buah dari gotong royong yang sesungguhnya. Ia mengenang bagaimana panitia datang langsung ke rumah jabatannya, memaparkan rencana kegiatan, dan meminta restu untuk pelaksanaannya.

“Saya langsung bilang: gas! Karena ini bukan hanya soal olahraga, tapi juga pendidikan karakter, pembinaan bakat, dan kebangkitan ekonomi lokal,” ucap mantan Ketua KONI Luwu Utara itu.

Untuk mendukung semangat itu, sang bupati bahkan secara pribadi menyumbangkan hadiah senilai Rp5 juta untuk tim juara pertama. Namun, bagi banyak pihak, nilai terbesar justru terletak pada dampak sosial turnamen ini.

UMKM Ikut Bermain

Turnamen yang berlangsung meriah juga membuka ruang bagi pelaku usaha kecil. Di sepanjang pagar lapangan, tampak deretan tenda kecil pedagang makanan dan minuman lokal. Cendol, gorengan, hingga kopi tubruk tersaji bagi para penonton dan pemain yang memadati area.

“Turnamen ini seperti pesta desa. Penonton senang, penjual senang, pemain juga semangat. Ini yang namanya ekonomi rakyat bergerak,” ujar salah satu warga, ibu Nur, yang membuka lapak es pisang ijo di sudut lapangan.

Sportivitas, Bukan Sekadar Kemenangan

Andi Rahim juga mengingatkan pentingnya menjunjung sportivitas dan menjaga kondusivitas selama pertandingan. Ia bahkan menyelipkan candaan yang memicu tawa hadirin.

“Yang nonton jangan lebih emosi dari pemain. Kalau pemainnya jatuh, penonton jangan ikut salto,” selorohnya.

Dengan semangat yang sama, ia berharap turnamen ini tidak berhenti di edisi pertama.

“InsyaAllah tahun depan ada Salassa Cup 2, lebih besar dan lebih matang. Tapi jangan buru-buru juga, kita atur waktunya,” katanya sambil tersenyum.

Turnamen Salassa Cup 1 pun resmi bergulir. Namun lebih dari sekadar kompetisi, perhelatan ini menjadi bukti bahwa olahraga bisa menjadi ruang tumbuhnya solidaritas, regenerasi atlet, dan denyut baru ekonomi desa. (ech)

Kabar Terkait