Mengikuti apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya adalah kewajiban kita sebagai umat islam apalagi sesuatu yang diwajibkan oleh Allah seperti shalat walaupun dalam Al-Qur’an tata cara tidak ada disebutkan tetapi dengan adanya kekasih Allah nabi kita Rasulullah Saw dapat kita ketahui tata cara pelaksanaan shalat itu dan sebaik orang yang patut kita mengambil sebagai contoh ialah Rasulullah Saw:
Allah Berfirman dalam kitab suci-nya:
لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا ٢١
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Olenya itu sebaiknya kita sebagai umat islam untuk mencontoh seseorang kita tidak usah mencari yang lain karena telah ada teladan kita Rasulullah Saw. Dalam pelaksanaan shalat umat islam masih banyak yang mengerjakan shalat asal-asalan dan tidak mengikuti cara Rasulullah Saw. Nabi Saw bersabda: “Shalatlah kalian seperti halnya kalian melihatku mengerjakan shalat.”
Suatu saat Rasulullah shalat di atas mimbar di hadapan manusia dan kemudian beliau berkata : “Aku melakukan ini supaya kalian mengikutiku dan supaya kalian tahu shalatku.”
Mengikuti cara shalat yang dilakukan Nabi secara psikologis lebih banyak mendapatkan berkahnya karena mengikuti cara shalat yang dilakukan Nabi berarti kita menjalankan perintahnya. Sevara zhahir mengikuti shalat cara Nabi berarti mengerjakan shalat seperti yang Nabi kerjakan.
Masalah ini telah dijelaskan oleh Syekh Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam kitabnya Sifat Shalat Nabi yang merupakan karya yang paling baik yang berbicara masalah shalat.
Mengikuti cara shalat seperti Nabi, baik secara psikologis maupun zhahir akan selalu beriringan seperti yang telah di jelaskan pasa postingan sebelumnya (Kekhusyu’an Jasad Mengikuti Kekhusyu’an Hati).
Yang perlu diperhatikan disini adalah, bahwa meletakkan kedua telapak tangan di atas dada hukumnya sunnah, jangan meletakkan kedua tangan di bawah pusar karena perbuatan tersebut menunjukkan kemalasan dan tidak mencerminkan keseriusan serta kesungguhan. Terlebih hal tersebut tidak dibenarkan oleh hadits-hadits Nabi. Kemudian juga jangan melepaskan kedua tangan (tidak bersedekap), karena Rasulullah dalam haditsnya memerintahkan untuk meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri dan beliau juga melakukan hal yang sama. Melepaskan kedua telapak (baca : tidak bersedekap) tangan lebih menunjukkan kemalasan dari pada kekhusyu’an dan keseriusan.
Termasuk salah satu cara shalat Rasulullah adalah memfokuskan pandangannya ke tempat sujud. Oleh karena itu, dalam shalat hendaklah tidak melepaskan pandangan ke segala arah karena hal tersebut dapat menyebabkan seseorang keluar dari kekhusyu’an shalat dan merupakan tanda-tanda ketidak-khusyu’an.
Termasuk salah satu cara shalat Rasulullah adalah berisyarat dengan menggunakan telunjuk dan mengangkatnya ketika tasyahud. Hal tersebut dapat menghindari diri dari godaan syaitan, seperti yang dikatakan oleh Abdullah bin Umar : “Melakukan isyarat dengan menggunakan telunjuk adalah kepedihan bagi syaitan, seseorang tidak akan lupa –dalam shalatnya– ketika mengucapkan hal seperti ini.” Maksudnya berisyarat dengan telunjuk ke arah kiblat ketika tasyahud.
Begitu juga, termasuk salah satu cara shalat rasulullah adalah dengan membaca berbagai dzikir dalam shalat, baik ketika membaca doa iftitah, ketika ruku’, sujud ataupun tasyahud. Hal ini disunnahkan bagi orang yang mampu untuk menghafal seluruh bacaan tersebut atau sebagian saja, dalam hal ini juga dapat menghindari seseorang dari kelalaian bertadabbur. Ketika dziki-dzikir tersebut sudah menjadi lafazh, maka seseorang akan terbiasa berulang-ulang untuk mengucapkannya.