Press "Enter" to skip to content


Komunitas Salafi Yamani


Komunitas Salafi YamaniMadrasah Salafiyah ada di berbagai negara Muslim, bukan hanya di Yaman. Bahkan di Yaman sendiri, kami yakin garis Salafiyah itu tidak satu warna, tetapi beragam. Hanya saja, dibandingkan madrasah-madrasah Salafiyah lainnya, maka madrasah Salafiyah di Yaman terkenal paling keras sikapnya terhadap ahli bid’ah dan kelompok-kelompok menyimpang.

Jika berbicara dalam konteks internasional, maka yang dituju dengan istilah Salafy Yamani itu ialah Markaz Ilmiyah (madrasah) Darul Hadits Syaekh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullah, di Kota Sa’adah, desa dammaz, Yaman; beserta murid-murid Syaikh Muqbil bin Hadi dan majelis-majelis ilmu yang mereka bina sesuai metodedakwah beliau, didalam negeri Yamanmaupun diluar Yaman. Namun ketika berbicara dalam konteks realitas Indonesia,  dan itu yang dikehendaki dalam artikel ini, maka istilah Salafy Yamani itu ditujukan untuk menyebut para dai Salafy alumni madrasah Salafiyah Syaikh Muqbil bin Hadi diatas, yang melaksanakan dakwah di Indonesia, beserta pihak-pihak lain dari kalangan dai atau penuntut ilmu, yang sepekat dengan metode dakwah Syaikh Muqbil bin Hadi.

Kalau kita mengikuti media-media yang diterbitkan oleh Salafy Yamani di Indonesia, mendengar kaset ceramah ustadz-ustadz mereka, menyimak majelis-majelis taklim mereka, atau berbicara dengan mereka, disana akan sering kita dengar nama syaikh Muqbil bin Hadi attau  negeri Yaman tersebut.


Dalam sebuah tulisan panjang disusun oleh Ustadz Muhammad Barmin dari Surabaya, tentang biografi Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullah, disana terdapat keterangan sebagai berikut:

BACA JUGA:  Memahami Dasar Dakwah Para Salafiyah

“sesungguhnya sangat menakjubkan ketika kita melihat murid-murid Asy-Syaikh (Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i) datang kesegala penjuru dunia, mereka meninggalkan dunia dibelakang mereka dan mereka datang untuk menuntut ilmu agama yang bermamfaat ini dan memiliki kemauan yang tinggi, dan ini benar-benar sebuah tempat konfrensi Internasional untuk para pemuda muslim.

Mereka datang untuk mencari pengetahuan tentang agamanya, sebuah tempat yang tidak ada duanya secara mutlak, kita bisa melihat ada mereka yang datang dari negara Amerika, Bahma, Inggris, Prancis, Jerman, Canada, Swedia, Senegal, Indonesia, Malesyia, Pakistan , Somalia, Sudan, Mesir, Maroko, Al-jazair, Tunisia, Libiya, Pakistan, Qatar, Saudi Arabia dan masih banyak lagi dari berbagai negara(tidak lupa dari negera Yaman dari Utara sampai Selatan dari kota sampai des, dari pegununngan sampai lembah, dari pelosok sampai daerah pantai, dari daerah yang mudah dijangkau sampai tempat yang sulit untuk dijangkau dari satu daratan kedaratan yang lainnya, dari satu pulau kepulau yang lainnya, disana terdapat jejak dari dakwah Asy-Syaikh dan murid-muridnya.”

Keterangan diatas menjadi bukti bahwa dakwah yang dibina Syaikh Muqbil bin Hadi di Dammaj Yaman disebarkan keseluruh dunia, sekuat kemampuan pihak-pihak yang menyebarkannya. Ustadz-ustadz yang membawa dakwah ini kemudian menyebut diri mereka sebagai muris Syaikh Muqbil. Dengan menyandang nama itu, dalam dakwah mereka tidak boleh keluar dari manhaj dakwah yang telah diajarkan oleh Madrasah Syaikh Muqbil bin Hadi kepada meraka. Ketika ada seorang murid dari madrasah tersebut yang menyimpang dari manhaj yang digariskan, dia segera dibantai oleh Ustadz Salafy dalam tulisannya, siapakah Abu Qatadah yang mengaku Murid Syaikh Muqbil?

BACA JUGA:  Pengaruh Salafiyah di Indonesia

Lebih jauh, ketika memeriksa latar belakang pendidikan 86 ustadz yang direkomendasikan (oleh Salafy Yamani) agar para pemuda islam belajar dengan sungguh-sungguh kepada mereka, 36% darinya merupakan alumni atau murid dari Yaman, khususnya dari madrasah Syaikh Muqbil bin Hadi di Dammaj. Dari sisi jumlah, mereka tidak domain (hanya 36%), tetapi jika dibandingkan dengan madrasah-madrasah lain yang menjadi latar belakang ustadz-ustadz lain, para alumni Yaman terlihat paling dominan. Diluar murid atau alumni Yaman, 6 di antaranya lulusan dari Universitas Islam Madinah, 4 orang yang bergelar Lc tanpa disebutkan asal  perguruan-tingginya (mungkin LIPIA Jakarta atau Al Azhar Cairo), 2 orang alumni pesantren lokal (Magelang), 1 orang pernah belajar dikhalaqah ulama Arab Saudi, dan sisanya tidak disebutkan latar belakang pendidikannya. Disini terlihat bahwa para alumni dari Yaman sangat dominan, yaitu ada 31 orang ustadz.

Salafy Yamani di Indonesia dulu ditokohi oleh ustadz dari Magelang yang kemudian menjadi pemimpin Pondok Pesantren Ihya’us Sunnah, di Degolan, Yokyakarta. Dialah pelopor dakwah Salafy Yamani di Indonesia diawal tahun 90-an sampai laskar jihad dibubarkan. Waktu itu Pesantren Ihya’us Sunnah Yokyakarta menerbitkan majalah Salafy dengan direkturnya Ja’far Umar sendiri. Tetapi kini Ja’far Umar sudah dianggap bukan komunitas Salafy Yamani lagi, dan majalah Salafy yang coba diterbitkansetelah era Laskar Jihad juga tidak diakui sebagai bagian dari media Salafy Yamani.

BACA JUGA:  Meninggalkan Urusan Besar dan di Vonis Sebagai Ahli Bid'ah

Salafy Yamani saat ini ditokohi oleh Ustadz Muhammad Umar As Sawed, yang dulu dikenal sebagai orang nomor dua setelah Ja’far Umar. Dia adalah pemimpin pondok Pesantren Dhiya’us Sunnah di kecapi Cirebon. As Sawed menjadi tokoh penting yang terus memadu dan memantau perkembangan dakwah Salafiyah dengan 86 jaringan ustadz diseluruh Indonesia. Mungkin, jika diperhitungkan juga peran individu-individu lingkup jaringannya bisa lebih leluasa lagi. Meskipun As Sawed tidak ditokohi secara formal, namun dia memiliki kedudukan penting dalam majelis musyawarah dikalangan ustadz-ustadz Salafy Yamani.

Majalah Asy Yariah dulu bernama Syariah,diterbitkan oleh Penerbit Oase Media dari Yogyakarta. Ia merupakan media cetak yang dianggap menggantikan majalah Salafy masa lalu.

Demikian penjelasan-penjelasan seputar istila Salafy Yamani. Mohon dipahami bahwa penjelasan ini dimaksudkan untuk memperjelas pihak-pihak yag disebut dalam buku ini. Saya sendiri tidak bermaksud buruk, setelah menyampaikan nasehat-nasehat demi kebaikan dakwah Islam di Tanah Air. Jika nasehat ini diterima, walhamdulillah; jika tidak, juga tidak apa-apa. Setiap orang beramal dengan ilmu dan pemahaman yang dimilikinya. Kepada Allah jua saya bertakwal dan memohon karunia agar nasehat ini benar-benar baik dan tulus, serta saya berlindung dari tindakan-tindakan yang melanggar hak-hak saudara.