Luwu Utara, MP – Musibah banjir bandang yang menimpa sejumlah wilayah Kabupaten Luwu Utara sepekan silam disebut sebagai bencana geologi akibat proses alamiah di dalam kawasan hutan lindung di pegunungan Lero dan Magandang.
Hal itu dikatakan Kepala Bidang Pengendalian dan Pencemaran Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Lutra, Ahmad seusai melakukan pemantauan lewat udara bersama Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani, Selasa (21/07/2020).
“Ini berdasarkan pantauan udara dan hasil analisa sementara dimana banjir bandang kemarin masuk sebagai bencana geologi yang diakibatkan oleh proses alamiah. Dimana ada 2 longsoran besar di Pegunungan Lero dan Magandang,” tuturnya di Bandara Andi Djemma Masamba.
Ia menyebut, longsor Buttu Lero mengarah ke hulu sungai Radda di Desa Meli dan Desa Radda sedangkan longsoran di Buttu Magandang mengarah ke Sungai Salu Kula melalui anak-anak sungainya.
Sungai ini terletak dan mengalir melalui Deaa Maipi. Aliran saat banjir bandang membawa sedimen ke dua sungai tersebut (Sungai Radda dan Sungai Masamba).
Menurut Ahmad, intensitas curah hujanlah yang menjadi faktor pendorong yang mengakibatkan sedimen yang sebelumnya telah tertumpuk di hulu sungai, terbawa air disaat intensitas hujan sedang tinggi seperti yang berlangsung di Luwu Utara sampai hari ini.
“Jadi sedimen yang terbawa dari longsoran mengarah ke badan sungai. Badan sungai yang kecil tidak mampu menampung volume sedimen yang besar sehingga saat curah hujan tinggi, sedimen menjadi terbawa saat banjir melanda. Sedimen yang jatuh jenisnya pasir yang berasal dari batu granit di pegunungan serta lumpur yang juga ikut terbawa,” pungkasnya.
Pihaknya kembali menjelaskan bahwa jika faktor utama penyebab banjir bandang dan jumlah titik longsoran masih harus melalui kajian lebih lanjut.
Dirinya pun berharap masyarakat yang bermukim di bantaran sungai untuk sementara tidak kembali ke hunian hingga BMKG menyatakan kondisi cuaca kondusif.