Penghianatan ini adalah pemimpin kaum munafik. Dia bercita-cita menjadi raja Yastrib (Madinah Al-Munawwarah) sebelum hijrahnya nabi Saw ke tempat itu. Akan tetapi cita-cita dan harapannya gagal, sehingga dia semakin marah dan bertambah dengki dengan datangnya cahaya gemilang. Cahaya Nabi Saw ke Kota Yastrib, hingga berkecamuknya perang Uhud.
Penghianatan munafik ini tidak pernah menyembunyikan usahanya dalam membuat tipu daya kepada Nabi Saw dan kaum muslimin. Karena itu, sang penghianat pergi bersama kaum muslimin menuju gunung uhud uutk menghadapi kaum kafir Quraisy. Disini penghianatannya semakin tampak jelas, karena dia telah menelantarkan kaum muslimin dan dia tetap bersama orang munafik, yang pada saat itu mereka berjumlah tiga ratus orang atau sepertiga dari jumlah kaum muslimin dan berpaling dari mereka seraya berkata, “Apakah kita akan membunuh diri kita sendiri?”
Sebaiknya orang munafik dan pengikutnya tidak keluar bersama kaum muslimin sama sekali, melainkan tetap di Yastrib. Akan tetapi, penghianatannya dan penghianatan pengikutnya menjadikan mereka berusaha membuat kekacauan ditngah-tengah barisan tentara kaum muslimin hingga mereka hancur dan menjadi lemah. Namun, Allah telah menggagalkan rencana mereka dan membalikan penghianatan mereka, sehingga kaum muslimin berhasil meraih kemenangan diawal peperangan.
Sedangkan kaum musyrikin berhasil dipukul mundur dan meninggalkan harta benda mereka, yang pada akhirnya tentara kaum muslimin beranggapan bahwa perang telah selesai dan mereka lengah dengan memperebutkan harta rampasan perang serta melanggar perintah Rasulullah Saw Akibatnya keadaan berhasil dikuasai oleh kaum musyrikin.