Press "Enter" to skip to content


Mengetahui Lebih Dalam Seputar Sifat Setan


Mengetahui Lebih Dalam seputar Sifat SetanSebelum kita membicarakan masalah ini, terlebih dahulu kita harus membedakan antara sifat setan dengan setan itu sendiri. Setan secara umum maknanya adalah siapa saja menjauhkan manusia dari ketaatan kepada Allah dan dari mengatakan yang hak, dan setiap sesuatu yang membisikan manusia  untuk bermaksiat dan berusaha menjerumuskan mereka kedalam kejahatan, setiap dari mereka yang melakukan hal ini disebut dengan setan.

Dan wajib untuk kita ketahui bahwa disana terdapat setan dari golongan jin dan setan dari golongan manusia yang keduanya terkumpul  dalam satu sifat, sebagaimana mereka bersatu padu diatas kesenangan untuk menyebarkan kedurhakaan dan kerusakan dipermukaan bumi.

Setan dari golongan jin adalah pelaku maksiat dari kalangan jin yang menghalang-halangi jin lainnya dari jalan kebenaran dan menyeru mereka kepada kekufuran, adapun setan dari golongan manusia sebagaimana setan dari golongan jin. Jadi, lafazh setan disini merupakan sifat terhadap sesuatu tertentu dan bukan isyarat kepada nama sesuatu, maka siapa saja yang menyeru kepada kekufuran, kesyirikan dan kemaksiatan maka dia adalah setan yang nyata.


Adapun iblis dia merupakan setan dari golongan jin. Dia memiliki kedudukan yang tinggi hingga disebutkan bahwa dia hdup bersama para malaikat.  Iblis merupakan salah satu makhluk dari makhluk-makhluk Allah Swt lainnya, akan tetapi dia berbeda dari malaikat disebabkan dia termasuk makhluk yang memiliki kemampuan ikhtiyar. Pada dasarnya iblis tidak mampu untuk melanggar perintah Allah Swt sekalipun dia diberi kemampuan untuk memilih (ikhtiyar), akan tetapi kemampuan ikhtiyar yang dimiliki oleh iblis hanya terbatas dalam kemampuan untuk melanggar  ketaatan kepada Allah Swt. Oleh sebab itu, iblis keluar dari ketaatan kepada Allah Swt, bukan melanggar perintah Allah Swt.

Suatu hal yang perlu dipahami bahwa ketidaktaatan iblis juga merupakan kehendak Allah Swt yang Dia kehenddaki terjadi pada iblis sebagai makhluk yang memiliki kemampuan ikhtiyar, yaitu kemampuan untuk taat dan juga untuk bermaksiat.

Iblis memiliki kemampuan untuk keluar dari kehendak ini begitu juga seluruh perilaku maksiat untuk tidak mentaati Allah, hal ini sangat penting untuk kita pahami sebelum kita membbicarakan panjang lebar tentang manusia dan setan. Tidak ada satu ciptaan Allah SSwt juga telah menciptakan satu makhluk yang berdasarkan kekuasaan-Nya terus menerus diperintah untuk mentaati-Nya yaitu para malaikat selain itu Allah Swt juga menciptakan makhluk yang diberi kemampuan utuk memilih apakah mentaati-Nya atau bermaksiat kepada-Nya yaitu jin dan manusia. Dari kehenddak ini, Allah Swt berkehendak menciptakan makhluk yang memiliki kemampuan untuk mentaati-Nya dan kemampuan untuk bermaksiat kepada-Nya maka terjadilah kemaksiatan diatas muka bumi ini.

BACA JUGA:  Unsur Penciptaan Setan dengan Unsur Lain

Hanya saja akan ditemukan pembicaraan yang cukup panjang seputar kemaksiatan iblis kepada Allah Swt. Sehingga mereka ada yang mengatakan bagaimana iblis bisa dihisab oleh Allah lantaran dia tolak untuk sujud kepada selain Allah? Allah Swt telah memerintahkan kepada iblis untuk sujud kepada Adam AS sedangkan iblis menolak untuk sujud kepada selain Allah.

Kepada mereka yang menyebarkan pendapat sesat ini baik dari golongan Atheis maupunyang lain, perlu dijelaskan bahwa kalian tidak memahami hakekat ibadah yang sesungguhnya dalam persoalan ini.

Hakekat “ibadah” disini adalah patuhnya makhluk Allah karena perintah penciptaannya yaitu Allah Swt memerintahkan kepada kita untuk melaksanakan shalat lima waktu sehari semalam, maka shalat yang kita laksanakan merupakan ibadah dan ketaatan kepada Allah Swt begitu pula setiap perintah yang telah Dia perintahkan kepada kita untuk melaksanakannya. Beribadah kepada Allah Swt berarti mentaari-Nya dan bermaksiat atas perintah-Nya berarti bermaksiat kepada Allah Swt.

Kita tidak mendiskusikan perintah Allah Swt kepada kita, akan tetapi kita mentaati perintah tersebut. Kita tidak mengatakan (misalnya) mengapa kita shalat lima waktu, mengapa tidak empat, tiga atau dua saja? Selamanya kita tidak  akan menolak perintah Allah Swt akan tetapi kita senangtiasa mentaati perintah tersebut sekalipun kita belum mengetahui sebabnya, adanya ibadah karena ada yang memerintahkan yaitu Allah Swt.

Kewajiban kita adalah meyakini bahwa perintah tersebut berasal dari Allah Swt selama perintah tersebut berasal dari Allah Swt maka sebab wajibnya melaksanakan perintah tersebut karena Allah Swt yang memerintahkannya addapun selain itu maka tidak pada tempatnya untuk dibicarakan.

Kewajiban akal manusia adalah memahami petunjuk-petunjuk yang telah Allah Swt berikan dijagat raya ini bahwa alam semesta ini memiliki Ilah yang menciptakan dan mewujudkannya dan bahwa sesungguhnya Ilah tersebut adalah Ilah yang telah menciptakan kita dan yang telah menciptakan peraturan agar semua berjalan dengan tertip dan baik, dan semua ini tidak mungkin ada kecuali adanya Pencipta yang Maha Agung.

BACA JUGA:  Keyakinan Mendalam Terhadap Setan

Jika kita telah sampai pada titik ini maka ini merupakan titik permualaan keimanan akan tetapi kemampuan akal kita sangat terbatas dan hanya mampu menalar sampai batas ini dan tidak mungkin untuk melampaui tersebut yaitu tidak mungkin anda bisa mengetahui (misalnya), siapa sesungguhnya Maha Pencipta yang Maha Agung ini? Siapa nama-Nya? Apa yang dikehendaki-Nya dari kita? Dan mengapa Dia menciptakan kita?

Maka disini dibutuhkan peran para Rasul agar menjadi sempurna setiap sesuatu terseut. Allah Swt telah mengutus para Rasul dengan disertai kekautan mukjizat dari langit melebihi kebiasaan hukum alam yang melebihi kemampuan jutaan manusia, seperti matahari, lautan, binatang-binatang dan yang lainny. Semua kekuatan ini diciptakan oleh Allah Swt untk kepentingan manusia.

Matahari memancarkan sinarnya setap pagi, sekali-kali ia tidak bisa bermaksiat kepada Allah Swt sekali-kali  matahari tidak bisa mengatakan saya tidak akan bersinar pada hari ini. Lautan setiap harinya melakukan penguapan yang dengannya terjadilah hujan, sekali-kali lautan tidak bisa bermaksiat kepada Allah Swt seraya mengatakan, sesungguhnya sekali-kali airku tidak akan menguap, dan sekali-kali lautan tidak mampu untuk menghalangi terjadinya penguapan agar tidak terjadi hujan.

Jadi tugas para Rasul adalah mejelaskan kepada kita bahwa sesungguhnya Allah Swt telah menciptakan seluruh jagat raya ini unntuk kepentingan kita semua, dan Dia menginginkan dari kita agar kita beribadah hanya kepada-Nya, dan melaksanakan seluruh perintah-Nya.

Maknanya adalah bahwa para Rasul datang kepada kita dengan membawa perinsip-perinsip beribadah kepada Allah Swtdan Allah menguatkan (bukti kerasulan) mereka dengan mukjizad. Kita semua mengetahui bahwa mukjizad memiliki kemampuan yang sangat jauh diatas kemampuan manusia, sehingga  kita meyakini bahwa mereka adalah benar-benar Rasul Allah dan supaya tidak ada pendakwa yang mengaku-ngaku  membawa risalah untuk menyesatkan manusia selain mereka.

Jika kita telah mengetahui apa yang Allah Swt, kehendaki dari kita maka kewajiban kita adalah mendengar dan mentaati perintah-perintah-Nya. Wajib mendengar dan taat disebabkan perintah-perintah tersebut bersumber dari Allah Swt. Allah  dengan ilmu yng dimiliki-Nya mengetahui segalanya sedangkan kita tidak mengetahuinya, dan dengan hikmah-Nya Dia mengetahui yang terbaik bagi segenap cipataan-Nya, adapun kita dengan kebodohan kita terkadang melakukan kemaksiatan namun kita menganggapnya sebagai kebaikan.

BACA JUGA:  Hakikat Sang Iblis

Allah Swt dengan seluruh sifat  kesempurnaan-Nya telah mewajibkan kepada kita untuk beribadah kepada-Nya adapun manusia jika mendiskusikan (perintah-perintah Allah) karena sesungguhnya sudah menjadi tabiat manusia bahwa ia ingin berdiskusi dengan seseorang yang memiliki kapasitas ilmu yang sejajar dengannya seorang dokter ingin berdiskusi dengan dokter lainnya, seorang insinyur ingin berdiskusi dengan insinyur lainnya akan tetapi seorang dokter tidak  mugkin berdiskusi dengan seorang tukang kayu atau tukang jendela dalam hal pengobatan jika diskusi tersebut ingin menghasilkan mamfaat tentunya kedua orang yang berdiskusi tersebut ingin menghasilkan mamfaat tentunya kedua orang yang berdiskusi  tersebut harus memiliki kapasitas ilmu yang sama.

Kemuadian siapakah diantara kita yang ilmu dan kemampuannya sebanding dengan ilmu kemampuan Allah Swt atau dalam satu ilmu apa saja sehingga kita mendiskusikan perintah dan larangan-Nya dengan-Nya?

Perhatikanlah firman Allah berikut ini:

وَمَا كَانَ لِمُؤۡمِنٖ وَلَا مُؤۡمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَمۡرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ ٱلۡخِيَرَةُ مِنۡ أَمۡرِهِمۡۗ وَمَن يَعۡصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ ضَلَّ ضَلَٰلٗا مُّبِينٗا ٣٦

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.”(QS. Al-Ahzaab: 36)

ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَدٖ مِّن رُّسُلِهِۦۚ وَقَالُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۖ غُفۡرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيۡكَ ٱلۡمَصِيرُ ٢٨٥

“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat”. (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.”(QS. Al-Baqarah:285)