Semua agama yang diwahyukan Allah berbasis tauhid. Maksudnya, keesaan tuhan, dan tentang penyembahan terhadap tuhan yang satu-satunya ini. Yang paling jelas dari prinsip-prinsip yang lazimnya dianut semua agama yang benar adalah kepercayaan pada tauhid; betapa pun banyaknya orang beriman telah menyimpang dari kepercayaan yang dianut secara universal ini. Berikutnya, kami bermaksud menjelaskan derajat-derajat tauhid, berkenaan dengan Al-Qur’an dan hadits-hadits, dan dengan aplikasi penalaran intelektual. Pada kesempatan ini kita akan membahas satu persatu derajat dari tauhid itu sendiri.
Keesaan Zat
Derajat pertama dari tauhid berkenaan dengan Zat Tuhan. Kami dapat menjelaskan tauhid ‘esensial’ ini dengan mengatakan bahwa zat Tuhan benar-benar tunggal (Esa) dan tiada bandingannya; tidak ada yang mungkin dapat disamakan atau serupa dengan-Nya; sifat Tuhan benar-benar tunggal, bukan gabungan, tanpa pluralitas.
Imam Ali as menyatakan, sesuai kedua prinsip ini, “Dia Esa (wahid) dan tiada yang serupa dengan-Nya diantara segala sesuatu (al-asyya) yang ada (eksis), dan Dia Maha mulia dan Maha agung Dia Esa dalam makna atau substansi spiritual (maknawi); Dia tidak terbagi kedalam bagian-bagian oleh eksistensi lahiriah, imajinasi, atau intelektualitas.”
Surah al-Tauhid (al-Ikhlash), merupakan landasan yang benar-benar menjadi kepercayaan kaum muslimin pada keesaan Tuhan, menyinggung kedua aspek tauhid ‘esensial’ ini; terkait yang pertama, dalam ayat, Tidak ada yang serupa dengan-Nya, dan terkait yang kedua, dalam ayat, katakanlah, “Dia adalah Allah, Yang Maha Esa.”
Menyoroti uraian diatas, jelaslah bahwa doktrin kristenihwal Trinitas-Tuhan Bapak, Anakdan Roh Kudus tidak dapat diterima dari pandangan logika Islam. Tidak dapat diterima doktrin ini telah dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur’an tertentu, yang secara luas telah ditafsirkan dalam sejumlah risalah teologi; kali ini, kami hanya membatasi diri pada argumen berikut, yang kiranya sudah benar-benar memadai.
Trinitas, dalam pengertian “tiga tuhan” mau tak mau bermakna salah satu dari dua hal:
a). Apakah bermakna masing-masing dari ketiga tuhan punya personalitas otologis yang berbeda, bersama seluruh sifat ketuhanan dalam hal mana tauhid ‘esensial’ disangkal bermakna dengan makna pertamanya, maksudanya, Dia tidak memiliki tandingan atau yang serupa dengan-Nya.
b). Apakah bermakna bahwa tiga tuhan ini merupakan bagian dari personalitas ontology tunggal, sedemikian hingga masing-masing merupakan bagian dari keseluruhannya dalam konteks, entitas, demikian akan terpaksa berupa kombinasi, karenanya bertentangan dengan makna keedua tentang tauhid ‘esensial’ yaitu, bahwa tuhan benar-benar tunggal dan tidak tersusun dari bagian-bagian.