Ketua KKLR Sulsel Hasbi Syamsu Ali: Luwu Itu Bangsa, Bukan Sekadar Suku!

Tim Redaksi
Hasbi Syamsu Ali di resepsi HUT Lutra ke-22 di Masamba
Hasbi Syamsu Ali di resepsi HUT Lutra ke-22 di Masamba, Selasa (20/5/2025).

LUWU RAYA — Ketua Badan Pengurus Wilayah (BPW) Kerukunan Keluarga Luwu Raya (KKLR) Provinsi Sulawesi Selatan, Ir. Hasbi Syamsu Ali, MM, menegaskan bahwa Luwu bukan sekadar identitas suku, melainkan sebuah bangsa yang menyatukan berbagai etnis, bahasa, dan latar belakang dalam bingkai persatuan.

Hal itu disampaikan Hasbi usai menghadiri perayaan Hari Jadi ke-26 Kabupaten Luwu Utara di Masamba, Selasa (20/5/2025).

“Kalau di tempat lain persatuan itu sering diikat oleh bahasa atau agama, tapi di Luwu berbeda. Di sini yang menyatukan adalah semangat kebangsaan sebagai orang Luwu. Kedatuan itu simbol pemersatu kita. Siapa pun dia, dari suku manapun, jika dia mengaku orang Luwu, maka dia bagian dari bangsa Luwu,” ujar Hasbi.

Hasbi menjelaskan, dalam tradisi Luwu, kedatuan menjadi simbol kebesaran, martabat, dan persatuan masyarakat yang telah teruji sejak masa kerajaan hingga kini.

Meski saat ini Luwu Raya telah terbagi menjadi empat wilayah administrasi — Kabupaten Luwu, Kota Palopo, Kabupaten Luwu Utara, dan Kabupaten Luwu Timur — ikatan historis dan budaya yang lahir dari rahim yang sama harus tetap dipelihara.

Sinergi Lintas Wilayah

Dalam momentum peringatan hari jadi keempat daerah di Luwu Raya, Hasbi menyerukan pentingnya sinergi dan kerja sama antarwilayah. Ia sebelumnya juga hadir dalam perayaan Hari Jadi ke-22 Kabupaten Luwu Timur di Malili, Senin (19/5/2025).

Menurutnya, meski era otonomi daerah memberi ruang bagi tiap wilayah untuk berkembang mandiri, kawasan Luwu Raya tetap harus menjaga solidaritas dan tumbuh bersama.

“Jangan sampai Luwu Timur berjuang sendiri, Luwu Utara berjuang sendiri, Palopo dan Luwu berjuang sendiri. Kita ini satu rumpun, satu bangsa, yang harus bersinergi agar pembangunan di kawasan ini dampaknya lebih besar dan merata,” tegas Hasbi.

Ia juga mengingatkan bahwa Luwu Raya memiliki potensi besar di sektor pertanian, pertambangan, perkebunan, hingga pariwisata yang jika dikelola bersama, akan menjadi kawasan strategis pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan.

Peran Diaspora Luwu Raya

Sebagai Ketua KKLR Sulsel — organisasi paguyuban diaspora asal Luwu Raya di Sulawesi Selatan — Hasbi menilai peran perantau sangat penting dalam mendorong pembangunan kampung halaman.

Ia mendorong diaspora untuk aktif menjembatani peluang investasi, pendidikan, hingga sosial budaya demi kemajuan daerah asal.

“Mari kita saling support, saling bantu. Sinergi antara pemerintah daerah, pelaku usaha, komunitas lokal, dan diaspora adalah kunci Luwu Raya bisa lebih maju. Prinsipnya, siru’ki mendre’ tessirui’ no’, saling menguatkan satu sama yang lain,” ajak Hasbi.

Hasbi juga menegaskan bahwa nilai persatuan di Luwu Raya telah teruji sejak zaman perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.

Kedatuan Luwu saat itu merupakan simbol daerah yang setia kepada NKRI. Warisan sejarah itulah yang menurutnya harus terus dirawat generasi kini.

“Saya bangga karena pada perayaan hari jadi kemarin, simbol budaya kita yaitu Kedatuan Luwu tetap hadir, menjadi pengingat bahwa persatuan kita lebih kuat dari sekadar bahasa, suku, atau agama. Kita ini satu bangsa Luwu,” tutupnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan, Luwu Raya berkontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulsel, khususnya di sektor pertambangan nikel di Luwu Timur dan hasil perkebunan di Luwu dan Luwu Utara. Kawasan ini juga menjadi salah satu lumbung beras terbesar di Sulsel.

Isu konektivitas wilayah, pemerataan pembangunan, dan wacana pembentukan Provinsi Luwu Raya bahkan sempat kembali menguat dalam beberapa tahun terakhir.

Pemerintah pusat melalui Kementerian Dalam Negeri pun mencatat kawasan ini sebagai salah satu kawasan strategis di wilayah timur Sulawesi Selatan. (*)

Kabar Terkait