Lalu makhluk seperti apakah malaikat itu? Sehingga kaum muslimin diwajibkan beriman kepada keberadaan dan fungsi mereka. Padahal, secara fisik manusia tidak bisa melihat atau mendeteksi eksistensi mereka dengan menggunakan segenap panca-indra yang dimilikinya.
Untuk mencari jawan mengenai siapa gerangan, apa dan bagaimana sesungguhnya malaikat Allah itu, Al-Qur’an dan hadits sebenarnya banyak mengungkapkan data diri malaikat. Data-data tersebut memang tidak sistematis, dan tersebar dalam berbagai ayat maupun hadits.
Sebagai muslim kita layak bersyukur karena keberadaan Al-Qur’an yang memberikan data-data otentik tentang berbagai persoalan hidup. Mencoba memahami malaikat sebagai hamba Allah yang bersifat ghaib, hanya mungkin dilakukan oleh manusia melalui petunjuk yng diberikan Allah. Dan petunjuk-petunjuk penting itu telah Allah tuangkan dalam firman-Nya dalam Al-Qur’an yang suci.
Beberapa petunjuk awal mengenai sosok malaikat ini diantaranya dapat kita jumpai dalam surah Al-Anbiyaa’:26-27. Allah memberikan konfirmasi tentang posisi para malaikat disisi Allah dan sifat-sifat para malaikat tersebut:
“Dan mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak”, Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan. Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.”
Para mufasir mensinyalir, ayat ini diturunkan untuk membantah tuduhan-tuduhan orang-orang musyrik yang mengatakan bahwa malaikat-malaikat itu anak Allah. Ayat ini juga memberikan penegasan sekaligus memberikan identitas kepada Malaikat; bahwasanya mereka itu adalah hamba-hamba Allah. Sama sekali bukan anak Allah! Sebagaimana disangkakan orang-orang yang tidak mendapatkan petunjuk.
Para malaikat, meskipun kedudukannya hanya sebagai hamba-hamba Allah,namun Allah yang Maha Agung memberikan kemuliaan kepada mereka. Hal ini diberikan kepada malaikat karena sifat-sifat utama yang mereka miliki. Diantara sifat mulia itu adalah; tidak pernah mendahului Allah dengan perkataan, tetapi senantiasa mengerjakan perintah-perintah Alla dalam ketaatan yang mutlak.
Pada ayat sebelumnya, melalui surat ini, Allah juga memberikan informasi kepada umat Islam tentang hamba Allah yang diperkenankan sebagai malaikat ini, sebagaiman firman-Nya:
“Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyemba-Nya dan tiada(pula) merasa letih.Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (Al-Anbiyaa’:19-20)
Melalui ayat ini, Allah memberikan informasi tambahan mengenai sifat malaikat. Para malaikat tersebut tidak memiliki keangkuhan sedikit pun dalam taat kepada Allah. Mereka juga tidak terhinggapi rasa lelah dalam beribadah kepada Allah, sehingga ibadah mereka konsisten dan bersifat terus-menerus.
Dua sifat dasar ini membedakan antara golongan malaikat dengan golongan jin dan manusia. Dua makhluk Allah yang terakhir ini memiliki kesombongan dan rasa malas sekaligus. Iblis adalah bagian dari golongan para jin, ia adalah potret paling nyata tentang pembangkangan dan keangkuhan, sampai-sampai berani bersikap sombong dan menentang perintah Allah yang Maha Besar.
Sementara itu,kesombongan dan kemalasan juga bersemayam kuat dalam diri manusia. Banyak sekali ank cucu Adam yang bersikap sombong dan berani menentang kuasa Allah, atau menganggap diri setara dengan Allah. Sebut saja misalnya; Namrud dan Fir’aun yang takabur. Dalam setiap kurun sejarah kenaiban senantiasa ada manusia-manusia sombong yang menentang Allah. Bahkan pada zaman kita ini pun masih banyak manusia yang menyombongkan diri di hadapan kekuasaan Allah.
Sifat-sifat agung dalam ketaatan yang tinggi itulah yang mungkin membuat para malaikat disebut oleh Allah sebagai hamba-hamba yang mulia. Mulia kedudukannya di sisi Allah dan mulia pula sifatnya serta konsisten dalam kemuliaan itu.
Apakah ada sebutan lain bagi malaikat? Jawabnya adalah:”ada.”Dalam sebuah ayat Al-Qur’an, Allah melalui lisan Rasulullah Muhammad,mengenalkan atau menyebut malaikat sebagai Almaul a’la. Munculnya istilah ini berkaitan ketika orang banyak meminta penjelasan tentang posisi dan peran Muhammad sebagai Nabi dan utusan Allah, diantara jawaban Rasulullah adalah jawaban beliau mengenai pengetahuannya tentang malaikat Allah. Sebutan ini sebagaimana disampaikan Allah:
“Aku tiada mempunyai pengetahuan sedikitpun tentang Al mala’ul a’la (malaikat) itu ketika ketika mereka berbantah-bantahan. ”(Shaad: 69)
Dengan demikian, paling tidak umat Islam memiliki sejumlah informasi awal yang memadai dan bersifat umum tentang siapa sesungguhnya malaikat itu. Malaikat adalah: Hamba Allah.Bukan Hamba Allah, maha suci Allah dari persangkaan batil ini. Malaikat ini dimuliakan di sisi Allah. Mereka (para malaikat ini) tidak pernah lancang,senantiasa mengerjakan perintah Allah, tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah Allah dan tidak pernah letih untuk melakukannya, serta senantiasa bertasbih tanpa berhenti. Mereka disebut juga dengan nama “Almalaul a’la”
Malaikat sesuai dengan sebutannya sebagai Almaul a’la memang berdiam di ketinggian, artinya malaikat Allah memang berdiam di langit. Kalau pun ada diantara mereka yang tinggal di bumi,maka sesungguhnya mereka hanyalah menjalankan perintah Allah. Ketika tugas itu selesai, mereka akan kembali naik ke langit.
Untuk memperinci dan berkenalan lebih lanjut dengan para malaikat Allah ini, kita ikuti kajian ini dalam tulisan yang akan datang.